Rabu, 11 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Klien dalam Proses Menjelang Ajal

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan unik secara individual. Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai, kesepian, pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan suatu pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar belakang budaya, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan kematian.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum: Untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia II bagi mahasiswa Akper Panca Bhakti.
b. Tujuan Khusus:
- Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien saat menjelang ajal.
- Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien setelah kematian.
- Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan tentang perawatan jenazah.








BAB II
ISI

Asuhan Keperawatan Klien dalam Proses Menjelang Ajal

Pengkajian

Pada kasus ini, perawat mengkaji seluruh data baik-subjektif maupun objektif-yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kemtian. Ini bisa dipeljri dari tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis klien, antara lain:

Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.
1. Menjelang kematian. Fase ini ditandai dengan:
a. Perubahan tanda-tanda vital: nadi melemah dan lambat; penurunan tekanan darah; pernafasan ireguler dan tersengal-sengal melalui mulut.
b. Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingan pada akral ujung hidung, dan telinga; sianosis pada ekstremitas.
c. Tonus otot menghilang: relaksasi otot wajah; kesulitan bicara; gangguan menelan dan perlahan-lahan refleks muntah menghilang penurunan aktivitas sistem pencernaan; penurunan refleks motorik.
d. Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indra perasa dan penciuman.
e. Tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya bervariasi, dari sadar, mengantuk, stupor, hingga koma.
2. Mendekati kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien melipui:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang
c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d. Pernafasan Cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atau bunyi nafas terdengar kasar
g. Tekanan darah menurun
3. Kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien antaralain:
a. Pernafasan, nadi, dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
c. Pergerakn otot sudah tidak ada
d. Pada ensefalogram datar (garis kotak) berarti aktivitas listrik otak terhenti.

Psikologis
Respons psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah ansietas (kematian). Respons tersebut antara lain:
- Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.
- Ketidak berdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.
- Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan mental apabila meninggal.
- Kepedihan yang diantisipasi yng berhubungan dengan kematian.
- Kesedihan yang mendalam.
- Perasaan takut dalam proses menjelang ajal.
- Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit termilnal dan ketidak mampuan diri.
- Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan ragu tentang keberadaan Tuhan atau Sang Penguasa.
- Kehilangan kontrol total terhadap aspek kematian seeorang atau dirinya.
- Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses menjelang ajal.
- Ketakutan terhadap kematian yang ditunda.
- Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya pencapaian tujuan hidup yang penting.

Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, dan Implementasi

Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien yang mendekati kematian adalah mempertahankan kenyamanan fisiologis dan psikologis serta mencapai kematian yang damai dan bermartabat, termasuk mempertahankan kontrol personal dan menerima kondisi kesehatan yang terus menurun.

1. Ketakutan
Yang berhubungan dengan:
- Pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan akibat (kehilangan fungsi tubuh atau anggota tubuh;penyakit terminal; disabilitas jangka panjang; gangguan kognitif)
- Hilangnya kontrol dan hasil akhir yang tidak diperkirakan, sekunder akibat (hospitalisasi; prosedur pembedahan dan hasil akhirnya; lingkungan yang baru; kehilngan orang yang dicintai; perceraian; kegagalan)
- Perpisahan dari orang tua dan teman sebaya
- Ketakutan terkait-usia (gelap, orang asing, hantu, monster, binatang)
- Ketidakpastian tentang (penampilan, dukungan teman, pernikahan, kehamilan, pekerjaan)

Indikator
- Memperlihatkan penurunan respons viseral (nadi, pernafasan)
- Membedakan antara kenytaan dan khayalan
- Menjelaskan pola koping efektif dan tak efektif
- Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri

Intervensi umum
- Kaji faktor penyebab (lingkungan yang asing, perubahan gaya hidup, perubahan biologis dan psikologis, ancaman pada harga diri, dll.)
- Kurangi atau hilangkan faktor penyebab (berbeda untuk masing-masing faktor)
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (tidak berbeda, marah)
- Beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
- Dorong klien untuk menggunakan mekanisme koping yang positif
- Dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain
- Dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
- Hadiskan suasana yang tidak mengancam secara emosional.
Setelah intensitas ketakutan telah menurun
- Jelaskan isyarat perilaku yang mengidentifikasi meningkatnya ketakutan
- Ajakan cara meningkatkan kontrol
- Identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energi emosional klien guna mengurangi intensitas ketakutan
- Sarankan atau ajarkan beberapa metode yang dapat meningkatkan kenyamanan atau relaksasi
- Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
Kriteria hasil
Individu akan mengungkapkan kenymanan fisik dan psikologis yang kian meningkat.

Rasional
- Perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu lain yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa
- Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting untuk mengurangi kecemasan
- Minimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi ketakutan (Vacarolis,1998)
- Dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang konstruktif dan dapat memberikan harapan
- Aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan ketegangan (vacaroli,1998).

2. Keputusasaan
Yang berhubungan dengan:
- Kondisi fisik yang kian menurun
- Gangguan kemampuan fungsional
- Pengobatan yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan nyeri, mual, ketidaknyamanan
- Pengobatan yang lama namun tanpa hasil
- Ketidak mampuan mencapai tujuan dalam hidup
- Kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat dicintai
- Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan anggota tubuh
- Hambatan dalam hubungan
- Kehilangan pekerjaan
Indikator
- Menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada orang lain
- Mengenang dan mengulas kehidupannya yang positif
- Mempertimbangkan dan mengulas kehidupannya secara posotif
- Mempertimbangkan nilai-nilai dan makna hidupnya
- Mengungkapkan perasaan optimis tentang kehidupan saat ini
- Membina, meningkatkan, dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain
- Berpartisipasi dalam peran yang bermakna
- Mengekspresikan keyakinan spiritual.
Intervensi umum
- Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya.
- Dengarkan klien dengan seksama dan perlakukan ia sebagai seorang individu.
- Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan, dan kehawatirannya.
- Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi ketidakpastian dalam hidupnya dan saat-saat ketika harapan telah mengecewakannya.
- Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang mereka anggap sebagai humor.
- Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu mengatasi aspek keputusasaan dalam hidupnya dengan memisahkan aspek tersebut dari aspek penuh harapan
- Tekankan keberhasilan pencapaian dimasa lalu dan gunakan informasi ini untuk merancang tujuan baru bersama klien.
- Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan.
- Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
- Hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai keinginan dan keputusan yang diambil klien.
- Bantu klien beralih dari permasalahan yang mustahil dipecahkan dan mulai berfokus pada masalah yang realistis dan mungkin dipecahkan.
- Bantu klien mempelajari ketrampilan koping yang efektif.
- Dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi peristiwa stress yang telah diperkirakan sebelumnya.
- Dorong klien melakukan imajinasi terbimbing untuk meningkatkan proses pikir yang positif.
- Ajarkan klien untuk “berharap menjadi” manusia terbaik hari ini dan untuk menghargai tiap waktu yang ada.
- Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana perawatan.
- Dorong klien untuk berbagi rasa dengan individu lain yang memiliki masalah atau menderita penyakit yang sama serta memiliki pengalaman yang positif dalam menghadapi kondisis tersebut.
- Hargai dan dukung harapan klien terhadap Tuhan dan bantu ia mengekspresikan keyakinan spiritualnya.
Kriteria hasil
Individu akan :
- Memperlihatkan peningkatan energi, yang ditandai dengan aktivitas.
- Mengungkapkan harapan yang positif tentang masa depan, mengungkapkan tujuan dan makna hidup.
- Memperlihatkan inisiatif dan otonomi dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
- Mendefinisikan ulang masa depan dan menetapkan tujuan yang realistis.
- Memperlihatkan kedamaian dan kenyamanan dengan situasi yang ada.
Rasional
- Harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain. Dalam hal ini individu merasa sumber-sumber yang ada diluar dirinya akan memberinya dukungan disaat sumber-sumber serta kekuatan didalam dirinya tidak cukup untuk menghadapi situasi yang ada.
- Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain.
- Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual individu.
- Mempertahankan peran dan tanggungjawab keluarga penting untuk menumbuhkan harapan dan koping.
- Hiburan, humor dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama dapat meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit terminal.
- Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menular pada klien.
- Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat membayangkan sesuatu apa pun yang dapat dilakukan atau berharga untuk dilakukan, tidak pula membayangkan hal diluar peristiwa yang tengah terjadi.
- Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang sebagai keputusasaan jika ia menyadari bahwa ada banyak faktor dalam hidupnya yang penuh harapan.
- Motivasi penting dalam proses pemulihan dari keputusasaan.

Evaluasi
Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat kenyamanan klien dengan penykit dan kualitas hidupnya. Keberhasilan evaluasi bergantung sebagian pada ikatan yang terbentuk dengan klien. Kecuali klien mempercayai perawat, pengekspresian dari perasaan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan dasar hasil seperti penurunan nyeri, kontrol gejala, pemeliharaan fungsi sistem tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan dan ketenangan emosional.
(Wahid Iqbal Mubarok, Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik, 2008)


Asuhan Keperawatan Klien Setelah Kematian.

Terdapat beberapa perubahan fisiologis yang terjadi setelah kematian, antara lain :
- Kekakuan tubuh ( rigor mortis) yang terjadi 2-4 jam sesudah kematian ( yang mencakup kontraksi skelet dan otot polos akibat tidak adanya adenosin trifosfat )
Intervensi: Sebelum terjadi rigor mortis, posisikan tubuh dalam posisi anatomis, tutup mata dan mulut, dan pasang gigi palsu dalam mulut.
- Penurunan suhu tubuh dengan kehilangan keelastisitasan kulit ( algor mortis).
Intervensi: Lepaskan plester dan balutan dengan perlahan untuk menghindari kerusakan jaringan. Hindari menarik kulit atau bagian tubuh.
- Perubahan warna kulit menjadi keunguan (livor mortis) pada bagian dependen akibat pecahnya sel darah merah.
Intervensi: Tinggikan kepala untuk mencegah perubahan warna pada wajah.
- Pelunakkan dan pencairan jaringan tubuh oleh fermentasi bakteri.
Intervensi: Simpan tubuh pada tempat yang dingin di kamar mayat rumah sakit atau tempat lain yang ditujukan.

Perawatan Setelah Kematian
- Sebelum keluarga melihat tubuh klien, perawat menyiapkan tubuh klien dan ruangan untuk meminimalkan stres dari pengalaman. Perawat menyingkirkan benda dan peralatan dari pandangan. Linen yang kotor dan berserakan disingkarkan. Semprotkan deodoran untuk menghilangkan bau yang tidak menyenangkan.
- Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin. Tubuh klien diletakkan dalam posisi terlentang, lengan disamping, telapak tangan menghadap ke bawah atau melipat tangan diatas dada. Perawat meletakkan bantal dibawah kepala. Menutup kelopak mata dengan ditahan beberapa detik. Jika tidak berhasil, bola kapas lembab akan menahan kelopak mata menutup.
- Perawat mengatupkan rahang atau mulut kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk dibawah dagu akan menjaga mulit tetap terkatup.
- Perawat membersihkan bagian tubuh yang basah dab membalut tubuh dengan gaun yang bersih, menyisir atau menyikat rambut, dan menutupi tubuh sampai bahu dengan linen bersih.
- Peralatan kain kafan yamg mengandung bantalan penyewrap di letakkan di bawah perinel dan rektal untuk menyerap rembesan feses dan urine akibat spingter yang rilex
- Perawat melepaskan perhiasan dan memberikan kepada keluarga bersama benda berharga lainnya.
- Setelah tubuh disiapkan, keluarga diundang kedalam ruangan.
- Perawat atau anggota keluarga yang lain harus hadir untuk memberikan dukungan kepada anggota lainnya.
- Setelah keluarga pergi, sesuai dengan kebijakan tertentu rumah sakit perwat memasang tanda yang menyebutkan nama dan informasi lainpada pergelangan tangan jenazah klien dan pergelangan kaki atau ibu jari kakinya.
- Gaun dilepaskan, dan tubuh dibungkus rapat dengan kain katun, dalam kantung besar dari plastik atau katun.
- Tanda identifikasi lainnya dipasang pada kantung tersebut.
- Jika klien mempunyai penyakit infeksi yang menular pelabelan khusus digunakan untuk mewaspadakan mereka yang memindahkan atau menyimpan peralatan lainnya.
- Jenazah kemudian dipindah kekamar mayat, atau pelayanan pemakaman mengambilnya dari kamar klien.

Perawatan jenazah yang akan di otopsi:
- Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
- Beri label pada pembungkus jenazah
- Beri label pada alat protesis yang digunakan
- Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
Perawatan terhadap keluarga:
- Dengarkan ekspresi keluarga
- Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat
- Siapkan ruangan khusus unuk berduka
- Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah
- Beri dukungan bila terjadi disfungsi berduka
(Musriafatul Uliyah, Keterampilan Dasar Untuk Kebidanan, 2008)




BAB III
PENUTUP

Kami dapat menyimpulkan bahwa kematian adalah realitas yang terjadi di lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami, penting bagi perawat mengalami kematian. Sebagai perawat kita harus mampu melakukan serta mengetahui tentang perawatan jenazah.





















DAFTAR PUSTAKA



Mubarok, Wahid Iqbal (2008). Kebutuhan Dasar Manusia dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Uliyah, Musriafatul (2008). Kebutuhan Dasar Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Potter, Patricia A .( 2005). Fundamental of Nursing : Concepts, Proses and Practice
2nd edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.